Sejarah Aksesoris di Indonesia
Di Indonesia aksesoris ditemukan pada periode pra klasik (500 sebelum masehi-500 setelah masehi) dan Proto Classic (200-700 setelah masehi). Antara lain ornament tembaga, kaca, dan batu manik-manik dan topeng emas pemakaman dan sarung tangan ditemukan di Jawa timur, diperkirakan berasal dari abad ke-2 setelah masehi dan jenis ornament kuno juga ditemukan di daerah Asia Tenggara.
Sumatera Barat khususnya kota Gadang, sudah dikenal sebagai pusat pengrajin logam. Perhiasan yang dihasilkan dapat berupa gelang, ikat pinggang dan sebagainya. Daerah ini mengkhususkan diri pada teknik filigran. Filigran dikenal dengan benang logam (emas, perak) dihasilkan dengan cara menarik-narik lempengan logam dari lubang kecil pada papan logam. Proses diulang-ulang sampai pada lubang paling kecil sesuai keinginan. Lalu benang-benang itu dibentuk sesuai keinginan. Karakternya dapat dilihat pada kalung seperti di atas. Dalam hal motif atau karakter, banyak menggunakan motif pecinan yakni bunga lotus yang sedang mekar.
Seperti umumnya wilayah-wilayah lainnya di Indonesia, perhiasan di Kalimantan juga sangat beragam jenis, bahan yang digunakan maupun dalam hal bentuk. Ada 2 etnis di Kalimantan, yakni etnis Dayak dan etnis Melayu. Pada suku Dayak mereka menggunakan manik-manik sebagai bahan utama perhiasan mereka, karena menggap manik-manik lebih berharga bahkan dari emas sekalipun. Selain itu, suku Dayak juga banyak menggunakan kerang, gading, tulang, gigi, batu dan mata uang sebagai bahan perhiasan mereka. Perhiasan Melayu berbahan baku utama dari logam, terutama emas. Baik itu emas murni maupun campuran dengan bahan logam lainnya baik perak maupiun kuningan. Juga dengan berbagai batu mulia terutama untuk masyarakat yang memiliki status sosial tinggi. Karakter/motif Kalimantan lebih ke bentuk-bentuk animal fantasy.
Pada abad ke 16 pada saat kedatangan bangsa Portugis, Spanyol dan Belanda ke Nusantara menyebabkan budaya Eropa cukup lekat memperngaruhi budaya lokal, khususnya di Sulawesi. Sistem senjata, pakaian, perhiasan Sulawesi sangat dipengaruhi oleh budaya Belanda. Karakternya, terdapat detail pada bunga yang dihiasi dengan motif geometris dan spiral.
Bali dikenal dengan perhiasan-perhiasan dengan finishing terbaik di Indonesia dan detail yang menarik dan rapih. Perhiasan Bali juga mengalami beberapa pengaruh dari bangsa Barat saat mereka datang menjajah ke Indonesia. Ukiran-ukiran dan motif yang dihasilkan perhiasan Bali cukup lah rumit dibanding dengan daerah lain. Motif yang dihasilkan menggambarkan dewa dan dewi Hindu, juga bunga-bunga persembahan yang biasa mereka gunakan dalam upacara keagamaannya. Mereka menggunakan batu-batu mulia seperti zamrud, ruby dan lain-lain dalam pembuatan perhiasannya.
Masyarakat Papua menggunakan perhiasan sebagai jimat untuk upacara-upacara tertentu maupun kehidupan sehari-hari. Perhiasannya ini biasa menggunakan material yang diperoleh dari sisa tubuh mahluk hidup, baik tulang, kulit maupun gigi yang kemudian dirangkai menjadi sebuah perhiasan.Di dalam adat-istiadat kepulauan Maluku, perhiasan tidak hanya digunakan sebagai hiasan di badan namun juga digunakan untuk membayar denda terhadap pelanggaran hukum adat. Perkembangan aksesoris dan millineris di Indonesia sangat berkembang pesat, hal ini dipengaruhi oleh globalisasi dan perkembangan IPTEK. Pada masa sekarang aksesoris sudah menjadi suatu gaya hidup, D.Frida (Perkuliahan), Edit: Sigodang Pos.
Materi Busana
Sumatera Barat khususnya kota Gadang, sudah dikenal sebagai pusat pengrajin logam. Perhiasan yang dihasilkan dapat berupa gelang, ikat pinggang dan sebagainya. Daerah ini mengkhususkan diri pada teknik filigran. Filigran dikenal dengan benang logam (emas, perak) dihasilkan dengan cara menarik-narik lempengan logam dari lubang kecil pada papan logam. Proses diulang-ulang sampai pada lubang paling kecil sesuai keinginan. Lalu benang-benang itu dibentuk sesuai keinginan. Karakternya dapat dilihat pada kalung seperti di atas. Dalam hal motif atau karakter, banyak menggunakan motif pecinan yakni bunga lotus yang sedang mekar.
Seperti umumnya wilayah-wilayah lainnya di Indonesia, perhiasan di Kalimantan juga sangat beragam jenis, bahan yang digunakan maupun dalam hal bentuk. Ada 2 etnis di Kalimantan, yakni etnis Dayak dan etnis Melayu. Pada suku Dayak mereka menggunakan manik-manik sebagai bahan utama perhiasan mereka, karena menggap manik-manik lebih berharga bahkan dari emas sekalipun. Selain itu, suku Dayak juga banyak menggunakan kerang, gading, tulang, gigi, batu dan mata uang sebagai bahan perhiasan mereka. Perhiasan Melayu berbahan baku utama dari logam, terutama emas. Baik itu emas murni maupun campuran dengan bahan logam lainnya baik perak maupiun kuningan. Juga dengan berbagai batu mulia terutama untuk masyarakat yang memiliki status sosial tinggi. Karakter/motif Kalimantan lebih ke bentuk-bentuk animal fantasy.
Pada abad ke 16 pada saat kedatangan bangsa Portugis, Spanyol dan Belanda ke Nusantara menyebabkan budaya Eropa cukup lekat memperngaruhi budaya lokal, khususnya di Sulawesi. Sistem senjata, pakaian, perhiasan Sulawesi sangat dipengaruhi oleh budaya Belanda. Karakternya, terdapat detail pada bunga yang dihiasi dengan motif geometris dan spiral.
Bali dikenal dengan perhiasan-perhiasan dengan finishing terbaik di Indonesia dan detail yang menarik dan rapih. Perhiasan Bali juga mengalami beberapa pengaruh dari bangsa Barat saat mereka datang menjajah ke Indonesia. Ukiran-ukiran dan motif yang dihasilkan perhiasan Bali cukup lah rumit dibanding dengan daerah lain. Motif yang dihasilkan menggambarkan dewa dan dewi Hindu, juga bunga-bunga persembahan yang biasa mereka gunakan dalam upacara keagamaannya. Mereka menggunakan batu-batu mulia seperti zamrud, ruby dan lain-lain dalam pembuatan perhiasannya.
Masyarakat Papua menggunakan perhiasan sebagai jimat untuk upacara-upacara tertentu maupun kehidupan sehari-hari. Perhiasannya ini biasa menggunakan material yang diperoleh dari sisa tubuh mahluk hidup, baik tulang, kulit maupun gigi yang kemudian dirangkai menjadi sebuah perhiasan.Di dalam adat-istiadat kepulauan Maluku, perhiasan tidak hanya digunakan sebagai hiasan di badan namun juga digunakan untuk membayar denda terhadap pelanggaran hukum adat. Perkembangan aksesoris dan millineris di Indonesia sangat berkembang pesat, hal ini dipengaruhi oleh globalisasi dan perkembangan IPTEK. Pada masa sekarang aksesoris sudah menjadi suatu gaya hidup, D.Frida (Perkuliahan), Edit: Sigodang Pos.
Materi Busana
makasih infonya
BalasHapusikut komen ea gan... informasinya menariik
BalasHapusinformasi yang sangat ber manfaatt...
BalasHapusthanks gan infonya semoga bermanfaat...
BalasHapusthanks sob infonya menariik B)
BalasHapusinformasinya sangat menariik gan...
BalasHapusmakasiih gan infonya sangat menarik untuk saya baca dan bisa menambah wawasan saya.
BalasHapus