Menganalisis Majas
Selain diksi ditemukan juga penggunaan majas dalam umpasa Pernikahan III. Untuk lebih jelasnya, berikut analisis majas.
Repetisi
Dalam umpasa ini ditemukan repetisi, yaitu perulangan bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting. Pengulangan ini biasanya memberikan efek penekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Hal itu tampak pada larik berikut.
Onma lading haladi
Lading aek ronuan
Dalam kedua larik tersebut terdapat pengulangan kata lading. Pengulangan kata lading terjadi pada larik pertama dan kedua. Repetisi juga tampak pada kata doding. Hal itu tampak pada larik berikut.
Onma doding nami
Doding pamasu-masuan
Pengulangan kata doding terjadi pada larik ketiga dan keempat. Selain repetisi kata lading dan doding, ditemukan juga repetisi kata onma. Pengulangan Kata Onma terjadi pada larik pertama dan ketiga. Hal itu tampak pada larik berikut.
Onma lading haladi
Onma doding nami
Pengulangan kata lading, doding dan onma memberikan efek ritmis (berirama) sehingga mewujudkan keidahan dan keharmonisan bahasa umpasa yang bertujuan untuk menciptakan sebuah kesatuan dalam membangun sebuah unsur stilistik dalam karya sastra lisan.
Selain memberikan efek ritmis, juga memberikan efek intensitas (kedaan tingkatan) pada kata lading, doding dan onma. Pengulangan kata lading, doding dan onma menunjukkan penegasan mengenai apa yang ingin ditunjukkan oleh si penutur kepada si penerima umpasa, yang dinyatakan dengan kata lading, doding dan onma tersebut.
Metafora
Selain majas tersebut di atas, terdapat juga majas metafora. Metofora adalah perbandingan tanpa kata perbandingan. Metafora tampak pada larik berikut.
Onma lading haladi
Lading aek ronuan
Onma doding nami
Doding pamasu-masuan
Larik yang termasuk dalam metafora terdapat pada sampiran umpasa. Frasa lading haladi (ladang keladi) diumpamakan dengan doding nami (nyanyian kami), sedangkan frasa aek ronuan (sungai ronuan) diumpamakan dengan doding pamasu-masuan (nyanyian doa restu).
Penggunaan frasa Aek ronuan merupakan pengungkapan teks yang puistis, karena tidak hanya mempunyai makna yang sekadar denotasi, tetapi memiliki makna secara konotasi. Secara konotasi Aek ronuan bisa bermakna sungai pengharapan, sungai pemberian dan air kehidupan. Efek dari penggunaan metofora ini adalah agar teks umpasa tampak dan terdengar lebih indah, disamping hakikat atau esensi dari teks ini, yaitu pengejaran makna yang lebih dalam.
Membaca lebih lengkap, kunjungi Daftar Isi Skripsi
Artikel Terkait (Skripsi)
Repetisi
Dalam umpasa ini ditemukan repetisi, yaitu perulangan bunyi, suku kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting. Pengulangan ini biasanya memberikan efek penekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Hal itu tampak pada larik berikut.
Onma lading haladi
Lading aek ronuan
Dalam kedua larik tersebut terdapat pengulangan kata lading. Pengulangan kata lading terjadi pada larik pertama dan kedua. Repetisi juga tampak pada kata doding. Hal itu tampak pada larik berikut.
Onma doding nami
Doding pamasu-masuan
Pengulangan kata doding terjadi pada larik ketiga dan keempat. Selain repetisi kata lading dan doding, ditemukan juga repetisi kata onma. Pengulangan Kata Onma terjadi pada larik pertama dan ketiga. Hal itu tampak pada larik berikut.
Onma lading haladi
Onma doding nami
Pengulangan kata lading, doding dan onma memberikan efek ritmis (berirama) sehingga mewujudkan keidahan dan keharmonisan bahasa umpasa yang bertujuan untuk menciptakan sebuah kesatuan dalam membangun sebuah unsur stilistik dalam karya sastra lisan.
Selain memberikan efek ritmis, juga memberikan efek intensitas (kedaan tingkatan) pada kata lading, doding dan onma. Pengulangan kata lading, doding dan onma menunjukkan penegasan mengenai apa yang ingin ditunjukkan oleh si penutur kepada si penerima umpasa, yang dinyatakan dengan kata lading, doding dan onma tersebut.
Metafora
Selain majas tersebut di atas, terdapat juga majas metafora. Metofora adalah perbandingan tanpa kata perbandingan. Metafora tampak pada larik berikut.
Onma lading haladi
Lading aek ronuan
Onma doding nami
Doding pamasu-masuan
Larik yang termasuk dalam metafora terdapat pada sampiran umpasa. Frasa lading haladi (ladang keladi) diumpamakan dengan doding nami (nyanyian kami), sedangkan frasa aek ronuan (sungai ronuan) diumpamakan dengan doding pamasu-masuan (nyanyian doa restu).
Penggunaan frasa Aek ronuan merupakan pengungkapan teks yang puistis, karena tidak hanya mempunyai makna yang sekadar denotasi, tetapi memiliki makna secara konotasi. Secara konotasi Aek ronuan bisa bermakna sungai pengharapan, sungai pemberian dan air kehidupan. Efek dari penggunaan metofora ini adalah agar teks umpasa tampak dan terdengar lebih indah, disamping hakikat atau esensi dari teks ini, yaitu pengejaran makna yang lebih dalam.
Membaca lebih lengkap, kunjungi Daftar Isi Skripsi
Artikel Terkait (Skripsi)
Posting Komentar untuk "Menganalisis Majas"