Analisis Formula Bunyi
Adapun formula bunyi yang dibicarakan adalah rima, asonansi dan aliterasi. Untuk lebih jelasnya, berikut analisisnya.
Rima
Dalam umpasa pernikahan III ini juga ditemukan pasangan kata yang membentuk rima bergantung pada bunyi yang mengakhirinya. Hal inilah yang menjadikan umpasa ini indah dan enak didengar. Untuk lebih jelas perhatikan teks berikut:
Onma lading haladi
Lading aek ronuan
Onma doding nami
Doding pamasu-masuan
Rima dalam umpasa tersebut membentuk rima bersilang. baris pertama berima dengan baris ketiga, sedangakan baris kedua berima dengan baris keempat. Kata haladi berpasangan dengan kata nami, kedua kata ini memiliki rima tidak sempurna, karena hanya sebagian suku kata akhir yang sama. Kata ronuan berpasangan dengan kata pamasu-masuan. Kedua kata ini memiliki rima yang sempurna, karena seluruh akhir suku kata berirama sama.
Selain rima bersilang ditemukan juga rima sebaris. Hal ini ditunjukan dengan adanya pasangan bunyi yang sama dalam sebaris. Untuk lebih jelas perhatikan teks berikut.
Onma lading haladi
Onma doding nami
Pada larik pertama, suku kata ding pada kata lading memiliki pasangan bunyi dengan suku kata di pada kata haladi. kedua kata ini membentuk rima sempurna dalam sebaris. Pada larik ketiga, suku kata ding pada doding memiliki pasangan bunyi dengan suku kata mi pada kata nami. Kedua kata ini memiliki rima yang tidak sempurna. Pasangan bunyi yang sama (berima) tersebut juga memberikan efek keindahan dalam umpasa.
Asonansi dan Aliterasi
Pada larik pertama, terjadi pengulangan bunyi vokal /a/ dan vokal /i/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan. Bunyi vokal /o/ dan /a/ berkombinasi dengan konsonan /n/ bersuara dan /m/ bersuara pada kata /onma/. Vokal /a/ dan /i/ berkombinasi dengan konsonan /l/ bersuara, /d/ bersuara dan /ng/ bersuara nasal pada kata /lading/. vokal /a/ dan /i/ berkombinasi dengan konsonan /h/ tak bersuara, /l/ bersuara dan /d/ bersuara pada kata /haladi/. Paduan bunyi vokal /a/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama, kedua dan ketiga menyebabkan asonansi lancar. Paduan bunyi vokal /i/ dengan beberapa konsonan pada kata kedua dan ketiga menyebabkan bunyi asonansi seolah-olah mengalami hentakan. Sedangkan bunyi vokal /o/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan pada kata pertama menyebabkan bunyi asonansi lancar.
Larik kedua, terjadi pengulangan bunyi vokal /a/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan. Vokal /a/ dan /i/ berkombinasi dengan konsonan /l/ bersuara, /d/ bersuara letup dan /ng/ bersuara nasal pada kata /lading/. Vokal /a/ dan /e/ berkombinasi dengan konsonan /k/ tak bersuara pada kata /aek/. Vokal /a/, /o/ dan /u/ berkombinasi dengan konsonan /r/ bersuara getar dan /n/ bersuara nasal pada kata /ronuan/. Paduan bunyi vokal /a/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama, kedua dan ketiga menyebabkan asonansi lancar. Vokal /i/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan pada kata pertama menyebabkan bunyi asonansinya seolah-olah mengalami hentakan. Vokal /o/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan pada kata ketiga menyebakan bunyi asonansi lancar. Vokal /u/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan pada kata ketiga menyebabkan asonansi lancar.
Pada larik ketiga, terjadi pengulangan bunyi vokal yang sama, yaitu vokal /o/, /a/ dan /i/. Vokal /a/ dan /o/ berkombinasi dengan konsonan /n/ bersuara nasal dan /m/ bersuara nasal pada kata /onma/. Vokal /o/ dan /i/ berkombinasi dengan konsonan /d/ bersuara letup dan /ng/ bersuara nasal pada kata /doding/. Vokal /a/ dan /i/ berkombinasi dengan konsonan /n/ bersuara nasal dan /m/ bersuara nasal pada kata /nami/. Paduan bunyi vokal /a/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama dan ketiga menyebabkan bunyi asonansi lancar. Paduan bunyi vokal /o/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama menyebabkan bunyi asonansi lancar, sedangkan vokal /o/ pada kata kedua menyebabkan bunyi asonansi seolah-olah mengalami hentakan. Paduan bunyi Vokal /i/ dengan beberapa konsonan pada kata kedua seolah-olah mengalami hentakan, sedangkan vokal /i/ pada pada kata ketiga menyebabkan bunyi asonansi lancar.
Pada larik keempat, terjadi pengulangan bunyi vokal /a/ dan /u/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan. Vokal /o/ dan /i/ berkombinasi dengan konsonan /d/ bersuara letup dan /ng/ bersuara nasal pada kata /doding/. Vokal /a/ dan /u/ berkombinasi dengan konsonan /p/ tak bersuara, /m/ bersuara nasal, /s/ tak bersuara dan /n/ bersuara nasal pada kata /pamasu-masuan/. Paduan bunyi vokal /a/ dengan beberapa konsonan pada kata kedua menyebabkan bunyi asonansi kurang lancar. Paduan bunyi vokal /u/ dengan beberapa konsonan pada kata kedua menyebabkan bunyi asonansi kurang lancar. Paduan bunyi vokal /o/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama menyebabkan bunyi asonansi seolah-olah ada hentakan. Paduan bunyi vokal /i/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama juga menyebabkan bunyi asonansi seolah-olah ada hentakan.
Untuk lebih jelas hasil analisis bunyi, dibawah ini dicantumkan bentuk-bentuk bunyi vokal dan bunyi konsonan teks umpasa III.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pengulangan bunyi vokal /a/ terjadi pada setiap larik dan diulang sebanyak tiga belas kali dalam keseluruhan larik. Formula bunyi vokal /a/ tersebut menghasilkan bunyi efek pengucapan yang ringan, karena bunyi vokal /a/ diucapkan tidak mengalami hambatan pada alat bicara. Pengulangan vokal /a/ pada teks umpasa pernikahan III ini juga menimbulkan efek ‘pengingat’ yang sangat terasa dan berpengaruh besar kepada si penutur maupun kepada audiens. Artinya, dengan pengulangan vokal /a/ pada teks ini dapat memudahkan proses penghafalan dan penciptaan teks umpasa. Selain itu, pengulangan vokal /a/ juga menggambarkan kegembiraan kepada keluarga kedua belah pihak.
Aliterasi yang paling sering muncul adalah bunyi konsonan /d/ bersuara letup. Bunyi Konsonan ini sangat terasa sekali pada setiap larik. Bunyi ini diulang sebanyak tujuh kali dalam keseluruhan larik. Selanjutnya konsonan /n/ dan /m/ bersuara nasal, kedua konsonan ini diulang sebanyak lima kali dalam keseluruhan larik. Yang terakhir adalah konsonan /ng/. Konsonan ini juga terdapat pada setiap larik, diulang sebanyak empat kali. Formula ini memberikan efek ‘pengingat’ dengan kata lain formulasi ini menjadi alat pembantu pengingat dalam mempermudah proses penghafalan dan penciptaan teks umpasa.
Membaca lebih lengkap, kunjungi Daftar Isi Skripsi
Artikel Terkait (Skripsi)
Rima
Dalam umpasa pernikahan III ini juga ditemukan pasangan kata yang membentuk rima bergantung pada bunyi yang mengakhirinya. Hal inilah yang menjadikan umpasa ini indah dan enak didengar. Untuk lebih jelas perhatikan teks berikut:
Onma lading haladi
Lading aek ronuan
Onma doding nami
Doding pamasu-masuan
Rima dalam umpasa tersebut membentuk rima bersilang. baris pertama berima dengan baris ketiga, sedangakan baris kedua berima dengan baris keempat. Kata haladi berpasangan dengan kata nami, kedua kata ini memiliki rima tidak sempurna, karena hanya sebagian suku kata akhir yang sama. Kata ronuan berpasangan dengan kata pamasu-masuan. Kedua kata ini memiliki rima yang sempurna, karena seluruh akhir suku kata berirama sama.
Selain rima bersilang ditemukan juga rima sebaris. Hal ini ditunjukan dengan adanya pasangan bunyi yang sama dalam sebaris. Untuk lebih jelas perhatikan teks berikut.
Onma lading haladi
Onma doding nami
Pada larik pertama, suku kata ding pada kata lading memiliki pasangan bunyi dengan suku kata di pada kata haladi. kedua kata ini membentuk rima sempurna dalam sebaris. Pada larik ketiga, suku kata ding pada doding memiliki pasangan bunyi dengan suku kata mi pada kata nami. Kedua kata ini memiliki rima yang tidak sempurna. Pasangan bunyi yang sama (berima) tersebut juga memberikan efek keindahan dalam umpasa.
Asonansi dan Aliterasi
Pada larik pertama, terjadi pengulangan bunyi vokal /a/ dan vokal /i/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan. Bunyi vokal /o/ dan /a/ berkombinasi dengan konsonan /n/ bersuara dan /m/ bersuara pada kata /onma/. Vokal /a/ dan /i/ berkombinasi dengan konsonan /l/ bersuara, /d/ bersuara dan /ng/ bersuara nasal pada kata /lading/. vokal /a/ dan /i/ berkombinasi dengan konsonan /h/ tak bersuara, /l/ bersuara dan /d/ bersuara pada kata /haladi/. Paduan bunyi vokal /a/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama, kedua dan ketiga menyebabkan asonansi lancar. Paduan bunyi vokal /i/ dengan beberapa konsonan pada kata kedua dan ketiga menyebabkan bunyi asonansi seolah-olah mengalami hentakan. Sedangkan bunyi vokal /o/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan pada kata pertama menyebabkan bunyi asonansi lancar.
Larik kedua, terjadi pengulangan bunyi vokal /a/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan. Vokal /a/ dan /i/ berkombinasi dengan konsonan /l/ bersuara, /d/ bersuara letup dan /ng/ bersuara nasal pada kata /lading/. Vokal /a/ dan /e/ berkombinasi dengan konsonan /k/ tak bersuara pada kata /aek/. Vokal /a/, /o/ dan /u/ berkombinasi dengan konsonan /r/ bersuara getar dan /n/ bersuara nasal pada kata /ronuan/. Paduan bunyi vokal /a/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama, kedua dan ketiga menyebabkan asonansi lancar. Vokal /i/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan pada kata pertama menyebabkan bunyi asonansinya seolah-olah mengalami hentakan. Vokal /o/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan pada kata ketiga menyebakan bunyi asonansi lancar. Vokal /u/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan pada kata ketiga menyebabkan asonansi lancar.
Pada larik ketiga, terjadi pengulangan bunyi vokal yang sama, yaitu vokal /o/, /a/ dan /i/. Vokal /a/ dan /o/ berkombinasi dengan konsonan /n/ bersuara nasal dan /m/ bersuara nasal pada kata /onma/. Vokal /o/ dan /i/ berkombinasi dengan konsonan /d/ bersuara letup dan /ng/ bersuara nasal pada kata /doding/. Vokal /a/ dan /i/ berkombinasi dengan konsonan /n/ bersuara nasal dan /m/ bersuara nasal pada kata /nami/. Paduan bunyi vokal /a/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama dan ketiga menyebabkan bunyi asonansi lancar. Paduan bunyi vokal /o/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama menyebabkan bunyi asonansi lancar, sedangkan vokal /o/ pada kata kedua menyebabkan bunyi asonansi seolah-olah mengalami hentakan. Paduan bunyi Vokal /i/ dengan beberapa konsonan pada kata kedua seolah-olah mengalami hentakan, sedangkan vokal /i/ pada pada kata ketiga menyebabkan bunyi asonansi lancar.
Pada larik keempat, terjadi pengulangan bunyi vokal /a/ dan /u/ yang berkombinasi dengan beberapa konsonan. Vokal /o/ dan /i/ berkombinasi dengan konsonan /d/ bersuara letup dan /ng/ bersuara nasal pada kata /doding/. Vokal /a/ dan /u/ berkombinasi dengan konsonan /p/ tak bersuara, /m/ bersuara nasal, /s/ tak bersuara dan /n/ bersuara nasal pada kata /pamasu-masuan/. Paduan bunyi vokal /a/ dengan beberapa konsonan pada kata kedua menyebabkan bunyi asonansi kurang lancar. Paduan bunyi vokal /u/ dengan beberapa konsonan pada kata kedua menyebabkan bunyi asonansi kurang lancar. Paduan bunyi vokal /o/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama menyebabkan bunyi asonansi seolah-olah ada hentakan. Paduan bunyi vokal /i/ dengan beberapa konsonan pada kata pertama juga menyebabkan bunyi asonansi seolah-olah ada hentakan.
Untuk lebih jelas hasil analisis bunyi, dibawah ini dicantumkan bentuk-bentuk bunyi vokal dan bunyi konsonan teks umpasa III.
TABEL
Bunyi Vokal dan Bunyi Konsonan
Bunyi Vokal dan Bunyi Konsonan
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pengulangan bunyi vokal /a/ terjadi pada setiap larik dan diulang sebanyak tiga belas kali dalam keseluruhan larik. Formula bunyi vokal /a/ tersebut menghasilkan bunyi efek pengucapan yang ringan, karena bunyi vokal /a/ diucapkan tidak mengalami hambatan pada alat bicara. Pengulangan vokal /a/ pada teks umpasa pernikahan III ini juga menimbulkan efek ‘pengingat’ yang sangat terasa dan berpengaruh besar kepada si penutur maupun kepada audiens. Artinya, dengan pengulangan vokal /a/ pada teks ini dapat memudahkan proses penghafalan dan penciptaan teks umpasa. Selain itu, pengulangan vokal /a/ juga menggambarkan kegembiraan kepada keluarga kedua belah pihak.
Aliterasi yang paling sering muncul adalah bunyi konsonan /d/ bersuara letup. Bunyi Konsonan ini sangat terasa sekali pada setiap larik. Bunyi ini diulang sebanyak tujuh kali dalam keseluruhan larik. Selanjutnya konsonan /n/ dan /m/ bersuara nasal, kedua konsonan ini diulang sebanyak lima kali dalam keseluruhan larik. Yang terakhir adalah konsonan /ng/. Konsonan ini juga terdapat pada setiap larik, diulang sebanyak empat kali. Formula ini memberikan efek ‘pengingat’ dengan kata lain formulasi ini menjadi alat pembantu pengingat dalam mempermudah proses penghafalan dan penciptaan teks umpasa.
Membaca lebih lengkap, kunjungi Daftar Isi Skripsi
Artikel Terkait (Skripsi)
Posting Komentar untuk "Analisis Formula Bunyi"