Puisi Duka
Dukaku
dukaku sirna
dukaku datang lagi
diulangi
di jumat pagi
mengapa kau harus kembali
lagi?
Bandung, 2009
Badai Sendiri
pagi tanpa kabut
juga tak ada selimut gelap serupa mendung
dengan sekejap
sekelebat badai berhamburan
orang tak berdosa direnggut sesaat
seperti maha kuasa saja
kembali mencoba meneduhkan
hati gelisah
dipelataran negri sendiri
tapi mungkin selamanya hanya bisa mencoba
untuk bisa akrab
Bandung, 2009
Badai tanpa Kabut
tak ada warna kelabu
menguak di langit biru
begitulah hari itu
sebelum kejadian naas itu terulang lagi
diulang lagi diulang lagi
belum terusik kabut hujan
di antara kita telah menodai
hati yang kita anggap sehati
tapi kau tega suapi badai tanpa kabut
serupa musuh dalam selimut Ferdinaen Saragih (2009: Ledeng).
Puisi Lainnya
dukaku sirna
dukaku datang lagi
diulangi
di jumat pagi
mengapa kau harus kembali
lagi?
Bandung, 2009
Badai Sendiri
pagi tanpa kabut
juga tak ada selimut gelap serupa mendung
dengan sekejap
sekelebat badai berhamburan
orang tak berdosa direnggut sesaat
seperti maha kuasa saja
kembali mencoba meneduhkan
hati gelisah
dipelataran negri sendiri
tapi mungkin selamanya hanya bisa mencoba
untuk bisa akrab
Bandung, 2009
Badai tanpa Kabut
tak ada warna kelabu
menguak di langit biru
begitulah hari itu
sebelum kejadian naas itu terulang lagi
diulang lagi diulang lagi
belum terusik kabut hujan
di antara kita telah menodai
hati yang kita anggap sehati
tapi kau tega suapi badai tanpa kabut
serupa musuh dalam selimut Ferdinaen Saragih (2009: Ledeng).
Puisi Lainnya
Posting Komentar untuk "Puisi Duka"