Perkembangan Sastra Populer Indonesia
Di sini saya akan menuliskan sepintas tentang perkembangan sastra populer di Indonesia. Tapi ini hanya sepintas saja, mudah-mudahan bisa membantu pencarian sobat tentang perkembangan sastra populer di Indonesia. Karena ini saya dapatkan dari diskusi di dalam, jadinya hanya semampu saya mencerna dan mencatatnya pada catatan amburadul saya.
Tahun 30-an
Pada tahun ini fiksi populer kembali menghangat, dengan banyaknya terbitan “roman Medan” yang R. Roolvink menyebutnya “roman pictjisan”. Sebenarnya mengapa di sebut picisan? Karena dijualnya juga se picis (sepuluh Sen).
Tahun 50-an
Yang sangat menonjol pada saat itu yaitu karya Motinggo Busye. Dan cerita-cerita silat. Karya-karya yang diterbitkanpun, kebanyakan karya-karya tahun 30-an yang belum sempat diterbitkan saat itu. Karya-karya pada saat itu penuh dengan propaganda, untuk mengganggu status kuo Jepang pada saat itu. Karya tahun 50-an hingga 70-an yang lebih mendominasi adalah cerita seks.
Tahun 70-an
Pada tahun 70-an, pertumbuhan penulis perempuan begitu pesat dan mendominasi karya-karya yang terbit. Mengapa perempuan yang mendominasi? karena Ketika industri mulai hidup, kaum wanita mulai bangkit (emansipasi). Hal ini dipengaruhi oleh budaya barat yang masuk ke Indonesia. Didukung juga oleh penerbit-penerbit yang berlabel wanita. Seperti majalah Femina (mulai terbit pada tanggal 18 September 1972) dan majalah kartini, yang didirikan oleh Lukman Umar. Majalah Kartini pertamakali diterbitkan pada tahun 1973 dan sangat populer di Indonesia.
Tahun 90-an
Pada tahun ini sastra populer sangat bergairah, tetapi yang lebih menonjol adalah sastra remajanya. Majalah-majalah remaja begitu digandrungi. di tahun 90-an ini juga cerita Lupus semakin populer. Tapi perlu diketahui juga sastra serius mulai bangkit, ini terlihat dengan beralihnya sastra koran pada sastra serius, sehingga sastra populer dan serius mulai berbaur.
Sastra Lainnya
Tahun 30-an
Pada tahun ini fiksi populer kembali menghangat, dengan banyaknya terbitan “roman Medan” yang R. Roolvink menyebutnya “roman pictjisan”. Sebenarnya mengapa di sebut picisan? Karena dijualnya juga se picis (sepuluh Sen).
Tahun 50-an
Yang sangat menonjol pada saat itu yaitu karya Motinggo Busye. Dan cerita-cerita silat. Karya-karya yang diterbitkanpun, kebanyakan karya-karya tahun 30-an yang belum sempat diterbitkan saat itu. Karya-karya pada saat itu penuh dengan propaganda, untuk mengganggu status kuo Jepang pada saat itu. Karya tahun 50-an hingga 70-an yang lebih mendominasi adalah cerita seks.
Tahun 70-an
Pada tahun 70-an, pertumbuhan penulis perempuan begitu pesat dan mendominasi karya-karya yang terbit. Mengapa perempuan yang mendominasi? karena Ketika industri mulai hidup, kaum wanita mulai bangkit (emansipasi). Hal ini dipengaruhi oleh budaya barat yang masuk ke Indonesia. Didukung juga oleh penerbit-penerbit yang berlabel wanita. Seperti majalah Femina (mulai terbit pada tanggal 18 September 1972) dan majalah kartini, yang didirikan oleh Lukman Umar. Majalah Kartini pertamakali diterbitkan pada tahun 1973 dan sangat populer di Indonesia.
Tahun 90-an
Pada tahun ini sastra populer sangat bergairah, tetapi yang lebih menonjol adalah sastra remajanya. Majalah-majalah remaja begitu digandrungi. di tahun 90-an ini juga cerita Lupus semakin populer. Tapi perlu diketahui juga sastra serius mulai bangkit, ini terlihat dengan beralihnya sastra koran pada sastra serius, sehingga sastra populer dan serius mulai berbaur.
Sastra Lainnya
tahun 2000an sastra cyber mengalami booming... setelah adanya FB note :)
BalasHapus