Puisi Media Massa 5
Dimuat di Kompas.com Rabu, 5 November 2008
Malam Penantian
Tujuh malam aku sendiri
Berbaring diperistirahatan terakhir
Dalam kabut gela
Aku merindukanmu, sayang
Malam ini
Malam terakhirku
Melihat dunia
Juga melihat dirimu
Aku menantimu
Dipersimpangan
Menuju makamku
Tidak lama, sebelum matahari terbit
Cepatlah bergegas dari ranjangmu
Jangan sampai terlambat
Sebelum segerombolan Malaikat
Datang menjemputku
Ramadan, 2008
Berpeluk Sendiri
Lama aku berlabuh dalam kelam
Mencintai seorang bidadari langit
Dalam hati dan mimpi
Tanpa dapat kukatakan
Bertahun-tahun lamanya
Pada pencarianku yang lama
Kususun suatu keberanian
Rangkayan kata-kata
Yang menggantung dihati
Malam gelap pekat
Rintik-rintik hujan malam
Masih membasahi genteng rumahku
Aku tak kuasa lagi
Semua kukatakan dalam harapan
Maaf ucap bidadariku
Hatiku lesu jiwaku lunglai
Aku seperti mati
Walau belum
Ramadan, 2008
Pahlawan I
Suara ini kusuguhkan kepada pahlawan-pahlawan
Tertulis pada khazanah atau hanya pejuang sejati
Tak terkecuali, karna jasamu tidak akan hilang dari negri
Sikap pantang menyerah dan rela mati tetap menggelegar
Bagaikan mentari
Tuju belas agustus negri ini merdeka
Merdeka
Merdeka
Jerih payah dan keiklasanmu
Mempertahankan negri indonesia raya
Semua akan kami kenang dan pertahankan
Sampai kami mati
Kemerdekaan, 2008
Pahlawan II
Enam puluh tiga tahun kemerdekaan terpampang
Kebebasan dari penjajah-penjajah berada di tangan
Semua terwujut oleh darah dan nyawa pejuang
Yang telah gugur di medan perang
Suatu kemerdekaan telah terwujud
Enam puluh tiga tahun lalu
Tetapi penjajahan tetap saja bergemisik
Remang
Pengap
Oleh pejabat-pejabat negri yang tak bermoral
Yang telah berani melangkahi mayat-mayat
Pahlawan terdahulu
Demi jabatan dan uang
Kemerdekaan, 2008
Pahlawan III
Taukah kau ketika kita dijajah dinegri kita
Oleh moral-moral laknat
Mereka telah dikotori oleh uang dan jabatan
Menjadi buta terhadap ajaran agama mereka
Menjadikan orang-orang pengangguran
Sebagai kambing hitam
Rakyat kecil tidak dapat melihat
Kiri-kanan
Mari kita lihat secara jeli prilakunya
Disaat pemilu mereka bisa merakyat
Tetapi disaat menjabat mereka menginjak rakyat
Korupsi dan kolusi juga nepotisme santapan lejat
Apa mereka tidak pernah tau
Pahlawan-pahlawan yang telah gugur menangis
Menonton rakyatnya dijajah bangsa sendiri
Kemerdekaan, 2008
Indahnya Kematian
Dunia ini telah mengubah pandanganku
Sebagai manusia
Aku rindu pergi dari jagat raya ini
Pergi ke dunia berbeda
Perpisahan jiwa dan raga
Menyatunya raga dan tanah
Bermukim diantara Sorga atau Neraka
Suatu cita-cita lama
Jika ini terwujutkan
Tak lupa aku berpamitan kepada bumi
Setia Budhi, 2008
Bugil
Aku mendadak jadi penyair gila
Melepas segala yang tertutup
Menjadikannya telenjang
Semuanya kubugili tanpa satu tersisa
Membongkar kemunafikan pejabat negri
Menendangnya ke ruang 2x2
Terus kusuarakan hak-hak rakyat
Dalam bait-bait kebenaran sejati
Setia Budhi, 2008
Istimewa
Aku adalah ciptaan paling istimewa
Diantara ciptaan Tuhan lainnya
Bintang dan bulan
Bahkan bumi dan matahari
Tak mampu mengimbangi keistimewaan itu
Aku adalah ciptaan paling istimewa
Diantara ciptaan Tuhan lainnya
Dan akupun terhanyut dalam keistimewaan itu
Nyatanya aku tak bisa seperti bintang dan bulan
Juga seperti bumi dan matahari
Karna aku hanya tau menikmati
Puisi Lainnya
Malam Penantian
Tujuh malam aku sendiri
Berbaring diperistirahatan terakhir
Dalam kabut gela
Aku merindukanmu, sayang
Malam ini
Malam terakhirku
Melihat dunia
Juga melihat dirimu
Aku menantimu
Dipersimpangan
Menuju makamku
Tidak lama, sebelum matahari terbit
Cepatlah bergegas dari ranjangmu
Jangan sampai terlambat
Sebelum segerombolan Malaikat
Datang menjemputku
Ramadan, 2008
Berpeluk Sendiri
Lama aku berlabuh dalam kelam
Mencintai seorang bidadari langit
Dalam hati dan mimpi
Tanpa dapat kukatakan
Bertahun-tahun lamanya
Pada pencarianku yang lama
Kususun suatu keberanian
Rangkayan kata-kata
Yang menggantung dihati
Malam gelap pekat
Rintik-rintik hujan malam
Masih membasahi genteng rumahku
Aku tak kuasa lagi
Semua kukatakan dalam harapan
Maaf ucap bidadariku
Hatiku lesu jiwaku lunglai
Aku seperti mati
Walau belum
Ramadan, 2008
Pahlawan I
Suara ini kusuguhkan kepada pahlawan-pahlawan
Tertulis pada khazanah atau hanya pejuang sejati
Tak terkecuali, karna jasamu tidak akan hilang dari negri
Sikap pantang menyerah dan rela mati tetap menggelegar
Bagaikan mentari
Tuju belas agustus negri ini merdeka
Merdeka
Merdeka
Jerih payah dan keiklasanmu
Mempertahankan negri indonesia raya
Semua akan kami kenang dan pertahankan
Sampai kami mati
Kemerdekaan, 2008
Pahlawan II
Enam puluh tiga tahun kemerdekaan terpampang
Kebebasan dari penjajah-penjajah berada di tangan
Semua terwujut oleh darah dan nyawa pejuang
Yang telah gugur di medan perang
Suatu kemerdekaan telah terwujud
Enam puluh tiga tahun lalu
Tetapi penjajahan tetap saja bergemisik
Remang
Pengap
Oleh pejabat-pejabat negri yang tak bermoral
Yang telah berani melangkahi mayat-mayat
Pahlawan terdahulu
Demi jabatan dan uang
Kemerdekaan, 2008
Pahlawan III
Taukah kau ketika kita dijajah dinegri kita
Oleh moral-moral laknat
Mereka telah dikotori oleh uang dan jabatan
Menjadi buta terhadap ajaran agama mereka
Menjadikan orang-orang pengangguran
Sebagai kambing hitam
Rakyat kecil tidak dapat melihat
Kiri-kanan
Mari kita lihat secara jeli prilakunya
Disaat pemilu mereka bisa merakyat
Tetapi disaat menjabat mereka menginjak rakyat
Korupsi dan kolusi juga nepotisme santapan lejat
Apa mereka tidak pernah tau
Pahlawan-pahlawan yang telah gugur menangis
Menonton rakyatnya dijajah bangsa sendiri
Kemerdekaan, 2008
Indahnya Kematian
Dunia ini telah mengubah pandanganku
Sebagai manusia
Aku rindu pergi dari jagat raya ini
Pergi ke dunia berbeda
Perpisahan jiwa dan raga
Menyatunya raga dan tanah
Bermukim diantara Sorga atau Neraka
Suatu cita-cita lama
Jika ini terwujutkan
Tak lupa aku berpamitan kepada bumi
Setia Budhi, 2008
Bugil
Aku mendadak jadi penyair gila
Melepas segala yang tertutup
Menjadikannya telenjang
Semuanya kubugili tanpa satu tersisa
Membongkar kemunafikan pejabat negri
Menendangnya ke ruang 2x2
Terus kusuarakan hak-hak rakyat
Dalam bait-bait kebenaran sejati
Setia Budhi, 2008
Istimewa
Aku adalah ciptaan paling istimewa
Diantara ciptaan Tuhan lainnya
Bintang dan bulan
Bahkan bumi dan matahari
Tak mampu mengimbangi keistimewaan itu
Aku adalah ciptaan paling istimewa
Diantara ciptaan Tuhan lainnya
Dan akupun terhanyut dalam keistimewaan itu
Nyatanya aku tak bisa seperti bintang dan bulan
Juga seperti bumi dan matahari
Karna aku hanya tau menikmati
Puisi Lainnya
Mantap bro....... puisinya, bisa dong diajari buat puisi. SUkses bro
BalasHapuspuisi yang mantap mas
BalasHapus