Puisi Media Massa 2
Dimuat di Jurnal Bogor, 12 April 2009
Kanvas
deretan gunung telah kau sandarkan
dengan jutaan pohon
selusin rumah
pada sebuah kanvas.
tak lupa kau lukiskan sebuah rupa
menari-nari
atas kesejukan itu
kecurigaanku menguak
tentang keegoisanmu
seperti yang kulihat
kekosongan di situ
cahaya itu di geluti kegelapan
tanpa secuil kesejukan
seperti yang kau gambarkan
lihat,
di sini kota
kesejukan yang kau lukiskan
sebuah mimpi
yang tak bisa kuhidupkan
Bandung, 2009
Dinding Sajak
dinding ini telah sesak
dengan persetubuhan topik terdepan
di gandrungi pemimpin
negri ini
yang di gores
pada dinding sajak
selama ber-abadabad
dan kau tau
semua itu penderitaan kami
2009
Ruang Cinta
aku memendam rindu
memberi hati
bersandar di ruang cinta
menunggu dari waktu kewaktu
dan kau mengabaikan semua itu
di saat gema suaramu
mengembalikan ingatanku
“memang, pagi ini masih basah
sebelum embun di kemas oleh siang”
ucapmu
menatapku kosong
dan kau berangsur hilang
bersama kereta yang melaju
meninggalkan ruang cinta
abadi
Ruang Karya, 2009
Rindu
Semakin jelas kudengar langkah
meneguk racun ini.
bayangan keriduan
menyamarkan batinku
menemuimu
di sudut hidup
pagi ini belum juga berlalu
selang-selang menjalariku
menusuk sekeliling tubuh
ah, dara
biarkan kugubah
bayangmu Ferdinaen Saragih (2009: Bandung).
Puisi Lainnya
Kanvas
deretan gunung telah kau sandarkan
dengan jutaan pohon
selusin rumah
pada sebuah kanvas.
tak lupa kau lukiskan sebuah rupa
menari-nari
atas kesejukan itu
kecurigaanku menguak
tentang keegoisanmu
seperti yang kulihat
kekosongan di situ
cahaya itu di geluti kegelapan
tanpa secuil kesejukan
seperti yang kau gambarkan
lihat,
di sini kota
kesejukan yang kau lukiskan
sebuah mimpi
yang tak bisa kuhidupkan
Bandung, 2009
Dinding Sajak
dinding ini telah sesak
dengan persetubuhan topik terdepan
di gandrungi pemimpin
negri ini
yang di gores
pada dinding sajak
selama ber-abadabad
dan kau tau
semua itu penderitaan kami
2009
Ruang Cinta
aku memendam rindu
memberi hati
bersandar di ruang cinta
menunggu dari waktu kewaktu
dan kau mengabaikan semua itu
di saat gema suaramu
mengembalikan ingatanku
“memang, pagi ini masih basah
sebelum embun di kemas oleh siang”
ucapmu
menatapku kosong
dan kau berangsur hilang
bersama kereta yang melaju
meninggalkan ruang cinta
abadi
Ruang Karya, 2009
Rindu
Semakin jelas kudengar langkah
meneguk racun ini.
bayangan keriduan
menyamarkan batinku
menemuimu
di sudut hidup
pagi ini belum juga berlalu
selang-selang menjalariku
menusuk sekeliling tubuh
ah, dara
biarkan kugubah
bayangmu Ferdinaen Saragih (2009: Bandung).
Puisi Lainnya
Manstab Puisinya..
BalasHapus